PANYANDRA: PEPINDHAN UNTUK SESUATU YANG KHUSUS : KEPALA DAN LEHER
Memahami cara orang Jawa membandingkan “sesuatu dengan sesuatu” memang bisa membuat bingung termasuk untuk orang Jawa sendiri yang hidup pada abad ke 21. Orang yang amat gemuk bisa kita sebut “lemu ginuk-ginuk” (kata majemuk yang menyangatkan), bisa kita katakan “lemune kaya gunung anakan” (pepindhan), atau kalau kita mau gunakan “sanepa” maka boleh kita sebut dengan “kuru semangka” (masih lebih kurusan semangka). Ada teman yang sambil guyon mengatakan “Wis, Mas. Omong nganggo bahasa Inggris luwih penak”. Ia memberi contoh “pepindhan” dengan kalimat: “As big as ..... "
PEPINDHAN, SANEPA DAN PANYANDRA
Bila diringkas, inti dari pepindhanadalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, tetapi tidak menyangatkan. Pembandingnya bisa sesuatu yang nyata, abstrak, tokoh fiksi, pokoknya apa saja yang bisa dibuat perbandingan. Misal: Mlayune banter kaya angin (larinya secepat angin).
Sementara sanepa, boleh kita katakan sama dengan pepindhan yang ada unsur menyangatkan tetapi penyampaiannya dibalik. Mungkin ini yang khas Jawa. Contoh: Playune rindhik asu digitik (anjing yang dipukul pun masih kalah cepat).
Adapun panyandra (candra: salah satu pengertian “candra” menurut Poerwadarminta adalah menceriterakan ujud sesuatu dengan “pepindhan”). Secara umum dapat kita katakan bahwa “panyandra” adalah “pepindhan” khusus. Misalnya bagian tubuh manusia (khususnya wanita, dan lebih khusus lagi yang dinilai “indah). Disamping itu “Panyandra” juga diberikan untuk menggambarkan suatu keadaan. Misalnya “panyandra untuk musim” dalam “pranatamangsa” Jawa, dan panyandra gambaran orang minum (minuman keras) mulai satu sloki sampai sepuluh sloki.
PERLU DAYA IMAJINASI
Seorang wanita yang amat cantik bisa kita katakan “ayune pindha Bathari Kamaratih”, ini pepindhan. Tetapi ketika kita mulai mengurai bagian tubuhnya, maka kita sampai pada “panyandra”, misalnya: “Rambute ngembang bakung”. Ibarat bunga bakung yang mengombak.
Seorang wanita yang amat cantik bisa kita katakan “ayune pindha Bathari Kamaratih”, ini pepindhan. Tetapi ketika kita mulai mengurai bagian tubuhnya, maka kita sampai pada “panyandra”, misalnya: “Rambute ngembang bakung”. Ibarat bunga bakung yang mengombak.
Berbeda dengan "pepindhan" maka dalam "panyandra" kita tidak selalu menggunakan kata seperti: Kaya, kadya dan lir”. Banyak yang langsung saja: “Alise nanggal sepisan” (alis yang seperti bulan tanggal satu).
Perlu daya imajinasi yang kuat untuk membayangkan sesuatu yang kita “candra” dengan pembandingnya. Kita ambil contoh dalam bahasa Indonesia: “Rambutnya mayang mengurai”. Kalau digambar di atas kertas maka wanita dengan rambut terurai seperti mayang ya tidak ada indahnya.
Dibawah dapat dipirsani beberapa contoh panyandra untuk bagian tubuh manusia, mohon maaf agak sulit menjelaskan dengan bahasa tulisan.
Panyandra Perangan awak